Jumat, 13 Desember 2013

KISAH PAK JANGGUT DAN WANGINYA NEGERI TULIP

Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk mengunjungi tempat-tempat baru. Dalam penelusuran dan pengembaraannya itu, ia selalu menemukan berbagai petualangan yang mengasyikkan, mendebarkan dan fantastis. Sejak pertama kali berkenalan, ia langsung menceritakan berbagai petualangannya, kapan pun kami bertemu.

Seperti layaknya pengelana, kawan saya ini hidup sederhana. Nyaris setiap kali bertemu, ia memakai pakaian serba hijau tua, kontras dengan rambut dan jenggotnya yang memutih. Bahkan sepatunya pun berwarna hijau, seperti topi berhias bulu warna oranye yang selalu melekat di kepalanya. Di bahunya tersandang sebuah buntelan, yang dibawanya dengan bantuan sepotong kayu.

Saya tidak tahu berapa lama dia sudah hidup sebagai pengelana. Saya hanya mengetahui dia telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Dan sebagai gadis kecil yang tahu bersopan santun, saya tak pernah menanyakan usianya. Saya bersyukur karena di usia yang tampaknya sudah tidak muda lagi, tak terlihat tanda-tanda petualangannya akan segera diakhiri. Selama bertahun-tahun, sekali dalam sepekan, saya bertemu dengannya. Setiap pertemuan selalu mengesankan, dan sepanjang waktu saya tidak berjumpa dengannya, saya akan mengingat -ingat kisah yang dia ceritakan, memutar ulang gambarannya di kepala saya, berharap saya ikut serta dalam petualangannya itu.

Namanya Pak Janggut.
Di negara asalnya ia bernama Douwe Dobbert. Ia adalah tokoh ciptaan Piet Wijn dan Thomp Roep, pembuat komik dan penulis cerita dari Belanda. Bersama Pak Janggut dan buntelan ajaib yang selalu menyediakan apa saja yang ia butuhkan, saya berkelana mengelilingi Eropa, Jepang, Afrika, Amerika dan bahkan Negeri Satwa. Saya dikenalkan pada berbagai tokoh dengan bermmacam-macam kepribadian. Mulai dari yang iseng, usil dan sering bertengkarseperti tiga penyihir Pompit, Rika dan Domoli; yang pemberani dan tabah seperti Nana si gadis Afrika, yang manis seperti Omika; yang lucu seperti si burung Dodo, yang pengetahuannya luas seperti Kuping Pengingat, bahkan yang jahat dan tak kunjung jera berbuat onar seperti Ludo Lampart dan Wredulia si penyihir.

Tak hanya orang-orang yang kami temui, Pak Janggut juga membawa saya menelusuri keindahan alam dan kekayaan plasma nutfah yang beragam di berbagai belahan dunia. Hutan dan sabana di Afrika, musim salju yang ganas di Eropa, laut Selatan yang misterius, hal-hal yang hanya bisa ditemui pada lansekap dan rumah di Jepang. Tak seorang pun dapat menyangkal betapa cerita Pak Janggut mengandung nilai pendidikan dan moral yang sangat kaya. Nirkekerasan, anti perbudakan, anti rasialisme, sensitif gender, kemurahan hati untuk berbagi, pelajaran tentang karma, usaha untuk menghadapi dan mengalahkan rasa takut, hanyalah sebagian dari sekian banyak nilai-nilai yang bisa dipelajari dari cerita ini, lengkap dengan pengetahuan dan tambahan wawasana yang sangat berguna. Dalam hal ini, Pak Janggut memberikan dasar bagi setiap anak yang membacanya termasuk saya, dasar pengetahuan dan nilai yang memungkinkan saya untuk mengenal dunia dengan segala keragamannya tanpa harus pergi dari keluar rumah.

Dalam semangat yang sama, saya menangkap hal-hal serupa juga ditawarkan oleh pendidikan di Belanda.
Tentu dengan kedalaman dan penekanan tertentu pada beberapa hal. Kekuatan utama tentu terletak pada kualitas pendidikan dengan standar internasional. Hal ini disbabkan oleh struktur pendidikan yang lebih sempurna , penguasaan ilmu yang lebih baik, tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi dan budaya belajar yang jauh lebih matang daripada yang ada di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas akan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk berhubungan dan bersaing di tingkat global.

Aspek lain dari pendidikan dengan standard internasional adalah pertemuan dan pengalaman langsung untuk bergaul di tingkat global, karena standar pendidikan yang tinggi mengundang hadirnya mahasiswa internasional, yang saat ini di Belanda jumlahnya mencapai kisaran 70.000 orang. Angka ini merupakan catatan untuk mahasiswa yang pendidikannya disponsori oleh pemerintah. Belum termasuk yang membiayai pendidikannya secara mandiri.

Minggu, 24 November 2013

SI BURIK AYAM JAGOKU

Entah kenapa tak pernah ngokok lagi
Padahal dulu ngokoknya paling nyaring di Desa
Konon ia mati kekenyangan...

CINTAMU

Cintamu adalah api yang meninggalkan jelaga
Cintamu adalah angin yang menerbangkan debu
Cintamu adalah air yang memecahkan batu
Cintamu biarlah kukecup selamanya, Ibu.

KABAR BURUNG

Seekor burung centil membisiki telingaku:
Katanya:
Tetanggaku MBA (Married by Accident)
Si Ebeg main pelet
Dosenku cantik tapi judes
Celana dalam temanku bolong
Pejabat yang korupsi
Murid privatku naksir
Aku penganggur
(Monyong!!!)
(Apa perduliku?!!)
Diam-diam aku mencatatnya di kertas bekas bungkus kue serabi.

AKU RINDU PULANG

ingin ku tumpahkan rindu pada lubang kunci dan daun-daun pintu yang ditunggui ibu setiap waktu .
dan kulunaskan rasa kehilangan di hati bapak yang menghitam di lubang-lubang jendela.

UNTUK SATOMI [Thank You From Tokyo]

Satomi,
Aku membaca suratmu di akhir pekan ini dari Tokyo Jepang, dalam layar monitor laptop. 
Aku membaca suratmu di atas ranjangku, dalam siraman Air Conditioner di suhu 19 derajat di Jakarta.

Minggu, 17 November 2013

AKU PINGIN KE BELANDA


kini aku mengerti mengapa bila kita berdoa harus banyak-banyak, tak cukup sekali, harus diulang-ulang...

karena semoga angin membawanya. segera. mengelilingi dunia.

banyak
cepat
beruntun
panjang
kalau bisa semua udara dipenuhi doa kita
hingga kalau doa-doa tersebut bisa difoto
semua ruang di semesta ini berisi ucapan yang kita harapkan
dipenuhi permintaan yang kita panjatkan
itulah kenapa bila berdoa massal
dalam jumlah pendoa yang lebih banyak
diyakini bisa lebih cepat terkabul

yeah!

pagi ini aku mengerti tentang satu rahasia lagi
senangnya bisa paham rahasia hidup dengan memaknainya melalui cara pandang kita sendiri

pemahaman tentang kenapa doa harus banyak tak cukup sekali dan mesti diulang pintakan ini, aku dapat waktu melihat foto-foto rebecca yang lagi jalan-jalan ke nepal bersama keluarga kecilnya. membuatku menginginkan sesuatu dan begitu saja memanjat doa.


yup

aku ingin ke belanda
aku mau ke belanda
aku pengen studi ke belanda
aku harap aku bisa studi ke belanda
alam, kondisikan supaya ada alur dimana aku bisa pergi ke belanda
tuhan, aku mau studi dan melihat negeri kincir angin
“putri, suatu hari pasti kamu akan pergi ke belanda!”

belanda

belanda
belanda
belanda
(sebut dan minta serta berdoalah yang banyak)

HARI KETIKA AKU MENJADI VEGETARIAN


pesta pernikahan kakak.
ayam-ayam berjingkrakan di rumah bagian belakang.
kaki-kaki mereka yang tak bisa menari menyumbang kotok pada lantai
koteknya yang ramai penanda mereka sekawanan
musisi rock n roll dengan drum dan bast yang dibetot berantakan
satu jam kemudian, sunyi.
mahluk-mahluk tolol bulu putih itu bermutasi di kubangan air warna merah
mereka kelojotan
gerakannya berantakan seolah menendang-nendang takdir
mahluk-mahluk tolol bulu putih tersebut, pada sore hari itu sungguh-sungguh bermutasi
dari mahluk hidup menjadi menu
besoknya, mereka tinggal di dunia arwah
dimakamkan di perut orang-orang

DUA PERTANYAAN UNTUK TUHAN


Tuhan,
Saya baru saja berulangtahun, tahun lalu.


Usia saya kini: 34.

Saat ini, saya punya dua pertanyaan penting untukmu,

Amat penting, hingga lihatlah...
Saya kini dengan benar menuliskan semua huruf kapital dan huruf kecil pada tempatnya, (tidak seperti cara saya biasanya yang menulis selalu dengan huruf kecil semua tak perduli di depan, di tengah, di belakang, atau itu adalah nama orang atau nama tempat)

Tuhan, dua pertanyaan ini sungguh-sungguh penting, meski terdengar pathetic bagi sebagian orang, mungkin:


1. Kenapa saya belum dikarunia cinta yang bagus? Apakah yang telah saya lakukan di kehidupan saya yang sebelumnya?

kenapa saya selalu berenergi murung dan meruapkan hawa sedih?

2. Kenapa kau beri aku cinta terhadap warna hitam? Padahal mestinya kau mengerti kalau hati saya terbuat dari serenada

aneka warna... dan demikian lembut meski kadang gampang membadai.

Begitu saja Tuhan,

Makasih untuk pagi di Jakarta yang nggak penuh gangguan

(~~**
Diam-diam, lebih dari siapapun..., aku mencintaimu tuhan.
Dalam hati dan di buluh darah yang membata ini
Kau lebih tahu dari siapapun - tentu saja*
*~~)

PUTRI DI KAMAR KOST


Suara air
Kran kamar mandi
Sound of silent
Emiliana torrino
Layar laptop
Air Conditioner
Noise suara angin buatan
Jendela yang tertutup
Langit mendung
Awan berarak, gumpal putihnya kayak bulu kelinci
Pucuk-pucuk atap rumah
Air hujan yang tergenang di tutup wadah penampung air
Antenna tv dengan bamboo tua usang
Minuman cokelat dalam gelas,  yang asalnya adalah wadah mayonnaise
Sendok plastik (Putih)
Bekas siomay beli di luar
Kaleng Peppermint peckers
Di dalamnya permen berbentuk kenti
Kertas-kertas tertempel di tembok
“selesaikan dokumentermu!!! Buktikan kamu bisa!!!”
Lead! Prove!
TRANSKRIP
Tulisan warna merah: tiap hari tiap pagi! Tiap menit! Tiap hari! Tiap detik! Transkrip! Transkrip! Transkrip!
Tempelan di tembok yang sama, kalimat yang lain:
Apa yang kau rasakan
Bukan pengetahuan yang kau ketahui
Tahulah!
Ambil dampak positifnya
Selalu!
Kalender tahun 2013 di rak besi kecil di atas meja kayu 
Tanggal-tanggal dalam kalender
November 2013
Dibawah kalender, Buku Lewis Carol PETUALANGAN ALICE DI NEGERI AJAIB & ALICE MENEMBUS CERMIN
Di bawah buku itu, buku third edition dari focal press DIRECTING THE DOCUMENTARY!
Sepasang bebek mandarin warna coklat
Ngantuk
Haidryer menggelatak bekas pakai 3 hari lalu
Ngantuk
Tadi baru pembantaian
Menggarap ranah domestik lagi
Mencuci celana-celana
Mengarungi lagi baju-baju yang siap di buntel
Dua plastik gede
Ntar siang mau ke laundry
Ngantuk
Nagntuk
Ngantuk

Tidur lagi?
Yuk…

Zzzz…

Zzz…

Ada suara telpon masuk

Dari siapa?

Masa bodo ah


Zzzz…

Zzz…

BELAJAR TARI BALI : PENDET


Ini pertama kalinya aku berlatih tari tradisional Indonesia. Awalnya, kawan saya mengajak saya untuk mengambil kelas tari di Sanggar Tari Natya Nata Raja Bandung.
Dan tari yang aku pilih adalah tari Bali. Alasan saya sederhana , tarian Jawa terlalu halus, saya ingin mempelajari tarian yang lebih tegas dan berani. Walaupun kelak saya juga ingin mempelajari tari Jawa juga, salah satunya tari Gambyong.

Dan akhirnya, setelah menjalani latihan olah tubuh selama enam bulan (saya sebut senam tubuh karena tari Bali awalnya sangat menyiksa tubuh) saya menjalani ujian pertama kelas tari Bali, yaitu tari Pendet. Ujian kedua adalah Tari Panji Semirang, bisa dilihat *editaaaan posting*

Disini saya mau cerita sedikit tentang tari Pendet.
Oh iya, saya bukan gadis keturunan Bali, tapi saya gadis Indonesia, jadi kalau ada teman-teman dari Bali yang lebih menguasai tetek bengek tari Bali, mohon sharing dan koreksinya yaa.. J

Tari Pendet, menurut wikipedia adalah :
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).[rujukan?]

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, Pemangku Adat pria dan wanita, dewasa maupun gadis.[rujukan?]

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.[rujukan?]

Nah, sedikit bisa disimpulkan bahwa Tari Pendet pada awalnya adalah tari pemujaan terhadap Dewa-Dewi. Bisa dilihat dari properti yang digunakan untuk menari, yaitu sewadah bokor yang dihiasi dengan daun kelapa, janur kuning. Bokor tersebut berisi serpihan bebungaan yang akan ditaburkan di akhir tari, bunga mawar dan kamboja adalah salah dua bunga yang lazim digunakan.
Taburan bunga ini bermakna penyambutan dan penghormatan terhadap Dewa-dewi yang turun dari langit. Namun dalam peerkembangannya, tari Pendet juga ditarikan untuk menyambut tamu, atau lebih lazim disebut sebagai tarian Selamat Datang. Banyak hotel-hotel di Bali yang menggunakan Tari Pendet sebagai tari penyambutan tamu pada hotel tersebut.

Tari Pendet ini merupakan tarian pertama yang harus dikuasai oleh penari Bali sebelum menarikan tarian lain, misal Tari Panjisemirang, Tari Legong, dan Tari Cendrawasih. Kenapa pertama? Karena gerakan tari Pendet adalah gerakan dasar. Perbendaharaan gerak tarinya masih tergolong sederhana untuk tarian Bali. Misalnya saja Agem, Sledet, Angsel, Nelung/Ngelung, dan Simpuh.

Agem adalah pose yang sering dilakukan dan harus dilakukan dengan benar. Salah agem, salah pula semua gerakan. Jadi, posisi agem itu, kalau bisa dijabarkan dengan kata-kata adalah posisi di mana badan penari mendak/merendah dengan lutut ditekuk sambil serong ke arah kanan/kiri.
Gerakan lain yang tidak kalah uniknya adalah gerakan Sledet, yaitu lirikan mata. Ini adalah gerakan unik tari Bali yang belum ditemui dalam ragam gerakan tarian lain di laur Bali. Beberapa dari kita mungkin tahu, Tari Bali terkenal karena mata penarinya yang melotot sambil bergerak kanan dan kiri. Sebenarnya tidak begitu juga. Gerakan ini hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja. Yang memberi kesan melotot adalah sikap penari yang selalu melihat ke arah penonton. Pelatih tari saya, Bli Gusti mengatakan, Tari Bali adalah tarian yang menantang penonton. Berbeda dengan tari Jawa, mata penari cenderung melihat ke bawah/menunduk.

Bentuk riasan juga cukup sederhana. Rias wajah contohnya, wajah penari dirias biasa dengan warna eyeshadow merah+biru+cokelat+eyeliner+maskara, lipstik warna merah, blush on, titik putih di antara dua mata, dan masing-masing tiga titik putih di pelipis penari.
Untuk tatanan rambut, rambut penari digelung dan ditambahi sanggul kecil dan cemara(rambut palsu) dan diuntaikan ke pundak kanan penari. Untuk aksesorinya sendiri, rambut penari dihias dengan untaian bunga Kamboja kuning dan pink dan tambahan konde emas.

Here we go,